Jumat, 26 Oktober 2012

EVALUASI ALTERNATIF PEMBELIAN DAN CONTOHNYA

NAMA : RINA HARYATI
NPM    : 19210678
KELAS: 3EA14

EVALUASI ALTERNATIF PEMBELIAN DAN CONTOHNYA


Evaluasi Alternatif Sebelum Pembelian

Evaluasi alternatif dapat didefinisikan proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Walaupun kami telah menyajikan pencarian dan evaluasi alternatif sebagai tahap-tahap “terpisah” untuk alasan pedagogis, pmbaca harus menyadari bahwa kedua tahap tersebut saling terjalin dengan rumit selama pengambilan keputusan. Pemerolehan informasi produk dari lingkungan, misalnya, biasanya akan menghasilkna informasi yang kemudian mungkin menuntut pencarian sesudahnya.

1.      Kriteria Evaluasi

Kriteria evaluasi idak lebih daripada dimensi atau atribut tertentu yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Kriterian alternatif muncul dalam banyak bentuk. Dalam membeli mobil konsumen mungkin mempertimbangkan faktor-faktor seperti keselamatan, keterandalan, harga, nama merek, negra asal (yaitu, dimana di buatnya), garansi dan pemakaian bensin per kilometer. Konsumen mungkin pula mempertimbangkan kriteria evaluasi yang bersifat hedonk, seperti perasaan yan muncul karena memilki (misalnya, prestise, status) dan pengemudian mobil (misalnya, kegairahan, kesenangan). Walaupun di luar cakupan teks ini untuk memberikan ulasan rinci mengenai berbagai kriteria evaluasi yang digunakan oleh konsumen, beberapa perlu diberi komentar khusus.

2.      Harga

Tentu saja kriteria evaluasi yang paling penting adalah harga. Sebenarnya kita semua pernah mengalami situasi dimana pilihan kita akan produk sangat dipengaruhi oleh pertimbangan harga. Meskipun begitu ada variasi yang luas dalam kepeningan harga anatar konsumen maupun produk. Akibatnya jepekaan harga konsumen kerap digunakan sebagai dasar unuk pemangsaan pasar. Akan tetapi, perhatikanlah bahwa peran harga sering dinilai terlalu berlebihan. Konsumen tidak sealu mencari harga semurah mungkin atau bahkan rasio harga-kualitas terbaik; faktorfaktor lainseperti kenyamananatau nama merek lebih dianggap penting. Selain itu, konsumen kerap mengungkapkan sedikit pertimbangan mengenai harga sewaktu mengambil keputusan. Sebagai contoh, di dalam sebuah studi 25% dari mereka yang diwawancarai tidak mengetahui harga merek pasta gigi yang baru saja mereka beli dibandingan dengan merek-merek lain.

3.      Nama Merek

Nama merek kerap muncul sebagai kriteria determinan seperti halnya di dalam sebuah studi tentang pembelian yang melibatkan pakaian dan setelan jas. Nama merek juga terbukti signifikan dalam memilih obat yang dapat dibeli bebas. Dalam hal ini, nama merek tampaknya berfungsi sebagai indikator pengganti dari mutu roduk, dan kepentingannya tampak bervariasi dengan kemudahan dimana kualitas dapat dilihat secara oyektif. Jika sulit untuk menilai suatu kualitas konsumen kadang merasakan tingkat risiko yang tinggi dalam pembelian. Jadi kepercayaan ke[ada nama merek terkenal dengan reputasi kualitas yang sudah lama dapat menjadi cara efektif untuk mengurangi risiko. Sebagai contoh dalam hal obat sakit kepala dan flu, rata-rata konsumen tidak dapat menilai kemurnian dan kualitas. Akibatnya, nama mereke menjadi sangat penting sebagai indikator pengganti mengenai kualitas. Ini merupakan faktor yang begitu dominan pada banyak konsumen sehingga mereka akan membayar jauh lebih banyak untuk nama merek aspirin, walaupun mereka sadar bahwa peraturan pemerintah mengharuskan semua produk aspirin mengandung formulasi terapeutik dasar yang sama.

4.     Negara Asal

Dalam abad persaingan internasional yang semakin hebat ini dan hilangnya banyak pekerjaan manufaktur ke tangan tenaga kerja asing yang lebih murah, maka tidak mengherankan bahwa negara diman suatu produk dihasilkan menjadi pertimbangan penting di kalangan banyak konsumen Amerika.

2. Penentuan Alternatif  Pilihan

Konsumen tidak hanya harus memutuskan kriteria yang akan digunakan dalam evaluasi alternatif, tetapi juga harus menentukna alternatif-alternatif yang darinya dibuat. Alternatif-alternatif ini mendifinisikanapa yang dikenal sebagai perangkat pertimbangan. Dalam kebanyakan hal, peangkat perimbangan hanya akan berisiskan himpunan bagian dari jumlah keseluruhan alternatif  yang tersedia bagi konsumen. Sebagai contoh, andaikan saja kita ditanya merek minuman ringan mana yang akan kita pertimbangkan untuk dibeli. Sebagian dari kita yang sangat loyal pada merek mungkin menunjukan hanya merek kesukaan kita. Yan lain mungkin  mempertimbangkan entak Coke atau Pepsi, sementara perangkat pertimbangan untuk yang lain lagi mungkin terdiri dari minuman diet nooncola.
           
1.  Menyusun Perangkat Pertimbangan

Bagaimana konsumn mnentukan alternatif yang akan menerima pertimbangan? Jawabannya bergantung pada faktor-faktor situasi sekaligus individual. Sebagai contoh, anadikan saja anda sedang lapar dan memutuskan untuk pergike restoran fast-food. Pencarian melalui ingatan mungkin menghasilkan beberapa kemungkinan. Dalam situasi ini, perangkat pertimbangan akan bergantung sepenuhnya pada ingatan anda akan alternatif-alternatif dari ingatan (yaitu, perangkat perolehan kembali).

2.  Pengaruh dari Perangkt Pertimbangan

Salah satu bidang minat penelitian baru-baru ini menyangkut bagaimana evaluasi dan pilihan dari alternatif tertentu dipengaruhi oleh apa yang alternatif lain masukkan dalam perangkat pertimbangan. Beberapa studi melaporkan efek penarik dimana daya tarik alternatif tertentu ditingkatkan sewaktu alternatif yang inferior ditambahkan pada perangkat alternatif pilihan. Walaupun kekokohan efek ini tidak dimengerti dengan baik, hal ini mengesankan kemungkinan bahwa suatu produk mungkin memperoleh keuntungan dari upaya mndorong konsumen untuk mempertimbangkan tawaran yang ebih lemah.

3. Menaksir Alternatif

1.  Pemakaian Pengisolasian
Dalam menilai seberapa baik suatu alternatif bekerja, konsumen mungkin sering menggunakan pengisolasian. Pengisolasian sebenarnya adalah pembatasan atau persyaratan untuk nilai atribut yang dapat diterima. Salah satu contohnya adalah harga. Konsumen mungkin memiliki cakupan harga yang sudah ditetapkan yang mreka bersedia bayarkan. Harga yang jatuh di luar cakupanatau zona ini akan dipandang tidak dapa diterima.

2.  Pemakaian Isyarat
Penilaian mengenai alternatif pilihan dapat bergantung pada adanya isyarat atau sinyal. Ilustrasi klasik adalah pemakaian harga sebagai isyarat kualitas. Sebuah pabrik kosmetik belajar melalui cara yang sulit mengenai hubungan harga-kualitas. Perkenalan lini baru dari kosmetiknya yang berharga murah merupakan kegagalan di dalam pasar. Perkenalan ulan kemudian untuk lini  yang pada dasarnya sama, tetapi dengan harga yang lebih tinggi, menghasilkan penjualan yang lebih besar. Mengapa? Karena konsumen menggunakan harga sebagai isyarat kualitas dan tidak bersedia menaggung risiko mengenakan kosmetik berkualitas rendah.

Menyeleksi Aturan Pengambilan Keputusan

1.  Kaidah Keputusan Nonkompensasi
Kaidah keputusan nonkompensasi dicirikan dengan kenyataan bahwa kelemahan pada suatu atribut tidak dapat diimbangi oleh kekuatan pada atribut yang lain. Kaidah keputusan menyederhanakan yang dibahas sebelumnya merupakan contoh dari strategi nonkompensasi. Sebagai contoh, suatu merek yang buakn termurah tidak akan dipilih tidak peduli betapa baik kinerjanya pada kriteria evaluasi yang lain jika kaidah keputusannya adalah “beli yang termurah.” Maksudnya, kelemahan merek tersebut dalam hal harga tidak diimbangi oleh kinerjanya yang baik dalam atribut yang lain. Tiga jenis tambahan dari kaidah nonkompensasi adalah leksikografik, penghapusan menurut aspek dan konjungtif.

2.  Kaidah Keputusan Kompensasi
Dalam strategi kompesasi, kelemahan yang didasarkan pada satu atribut mungkin diimbangi atau dikompensasikan oleh kekuatan yang dirasakan pada atribut lain. Dua jenis kaidah kompensasi adalah penambahan sederhana dan penambahan tertimbang.

3.  Kaidah Keputusan Konstruktif
Banyak situasi pilihan yang dihadapi konsumen dapat ditangani hanya dengan memperoleh kembali kaidah keputusan yang tepat dari ingatan. Kaidah yang tersimpan lebih mungkin ada di dalam ingatan ketika konsumen mengakumulasi pengalaman dalam membuat pilihan seperti ini. Namun, dalam situasi lain (misalnya, pilihan yang baru atau tidak dikenal), konsumen mungkin merasa perlu menyususn kaidah keputusan mereka pada waktu melakukan pemilihan. Dengan kata lai, konsumen mengembangkan sebuah kaidah keputusan konstruktif dengan menggunakan operasi pemrosesan dasar (yaitu, “pecahan” dari kaidah-kaidah) yang tersedia di dalam ingatan yang dapat menampung situasi pilihan bersangkutan.

 Pembelian

Tindakan pembelian adaah tahap besar teakhir di dalam model perilaku konsumen. Sekarang konsumn harus mengambil 3 keputusan : (1)kapan membeli; (2) dimana membeli: (3) bagaimana membayar. Beberap produk dibei terutama atas dasar musim. Alat pengatur suhu (AC) dalam iklim utara, hadiah natal perjalana ke karibia adalah contoh-contohnya. Yang lain, seperti detergen dan makanan beku, sering dibeli hanya jika stoknya habis. Pemasar dapat mengubah pola ini dengan menawarkan rabat khusus insentif harga lain.
Konsumen telah mengubah preferensi belanja dan pembelian dalam dasawarsa terakhir. Sebagai contoh, belanja di rumah mengalami pertumbuhan luar biasa di sebagian besar negara berkembang di dunia. Banyak perusahaan eceran terpaksa masuk ke dalam pemasaran langsung untuk melengkapi aktivitas normal mereka. Begitu pula ada kcenderungan-kecenderungan lain yang mempengaruhi eceran, seperti perubahan yang meningkat dalam pembelian kosmetik yang menjahui torseba dan dipindah ke pasar swalayan. Jadi, adalah perlu untuk mengembangakan pengemasan yang memikat mata sekaligus informasi karena peragaan eceran menggantikan wiraniaga sebagai pengaruh persuasif yang utama.

1 . Proses Keputusan Membeli

Pembelian merupakan fungsi dari dua determinan: (1) niat; (2) pengaruh lingkungan dan perbedaan individu. Dari banyak variabel yang masuk ke dalam kategori yang belakangan, situasi menonjol karena memiliki kepentingan khusus.

2. Niat Pembelian

Ketika diminta untuk melakukannya, acap kali mungkin bagi konsumen untuk mengutarakan niat pembelian mereka, dan ini masuk ke dalam dua kategori: (1) baik produk maupun merek dan (2) kelas produk saja (misalnya, ada niat untuk membeli es krim, tetapi keputusan tambahan harus dibuat mengenai jenis dan merek apa). Niat kategori 1 umumnya dirujuk sebagai pembelian yang terencana sepenuhnya. Acap kali (walaupun tidak berarti selalu) ini merupakan hasil dari keterlibatan tinggi dan pemecahan masalah yang diperluas. Konsumen akan lebih bersedia menginvestasikan waktu dan energi dalam berbelanja dan membeli. Oleh karena itu distribusi dapat menjadi lbih selektif. Juga benar untuk memandang kategori 2 (produk saja) sebagai pembelian yang terencana walaupun pilihan mereka dibuat di tempat penjualan. Berbelanja sekarang dapat menjadi bentuk penting pencarian informasi, khususnya ketika keterlibatan tinggi. Sebaliknya, ketika keterlibatan rendah, kaidah keputusan kerap berupa “beli salah satu dari merek-merek yang sudah saya pertimbangkan dapat diterimaa.” Keputusan akhir sekarang mungkin bergantung pada pengaruh promosi seperti pengurangan harga atau peragaan dan pengemasan khusus.

3. Pengaruh Situasi

Banyak faktor situasi, seperti cuaca dan pengangguran sementara, berada di luar pengaruh pemasar atau pengecer, tetapi tidak selalu demikian halnya. Pemasar memiliki kendali langung atas peragaan, promosi dan pemaparan produk, pengurangan harga, atmosferik toko, dan keadaan kehabisan stok, adalah beberapa diantaranya. Pokok paling pentig disini adalah untuk menyadari cara dimana pertimbangan situasi ini dapat mempengaruhi pilihan dan untuk menghindari situasi tidak menguntungkan, seperti stok dan peragaan yang tidak memadai

4. Memilih Alternatif Terbaik

1. Pembelian Di Rumah
Sekarang ini prsentase yang semakin besar dari aktivitas pembelanjaan dan pembelian konsumen berlangsung di rumah dan bukn di toko eceran, melalui mesin penjual atau di ruang pamer katalog. Jenis pembelian ini melebihi perkiraan $70 miliar per tahu 1986 Strategi yan digunakan untuk menjangkau konsumen di rumahnya disebut sebagai pemasaran langsung.

Berikut ini adalah sebuah definisi yang berguna dari Direct Mail Marketing Association (DMMA):

“Pemasaran langsung adalah keseluruha aktivitas yang yang melalui produk dan jasa ditawarkan ke pangsa pasar dengan satu media atau lebih dengan tujuan informasi untuk mendatangkan respons langsung dari pelanggan yang sekarang atau calon pelangga atau distributor melalui pos, telepon atau akses lain.”

Pembelanjaan di rumah menawarkan peluang yang unik bagi pemasar, karena ada bukti bahwa orang barangkali lebih mungkin membeli jika mereka dalam keadaan paling puas. Studi-studi oleh Retail Planning Associates memperlihatkan, sebagai contoh  orang yang baru saja selesai makan di rumah terbyata 25% lebih mungkin membeli pakaian daripada orang yang sedang lapar.

Sumber Daya Konsumen Dan Pengetahuan

1.      Sumber Daya Ekonomi
Keputusan konsumen sehubungan dengan produk dan merek sangat dipengaruhi oleh jumlah sumber daya ekonomi yang mereka punyai atau mungkin mereka punyai pada masa datang. Untuk menjadi konsumen diperlukan uang. Kartu kredit juga memadai. Di dalam era yang lebih awal, barter-pertukaran barang dengan barang lain dilakukan. Barter masih penting di dalam masyarakat yang kurang maju dan hingga batas tertentu di dalam ekoomi bawah tanah dari masyarakat maju. Namun, ada “ekonomi informal” yang besar dimana orang membarter atau membeli barang dan jasa dengn cara yang kerap lolos dari pembuatan catatan dan mungkin pajak. “pemakai berat” ekonomi informal adalah orang yang kaya, berpendidikan tinggi dan termasuk muda.

KEPERCAYAAN KONSUMEN
Harapan konsumen mengenai pendapatan masa datang menjadi variabel penting dalam meramalkan perilaku konsumen. Walaupun pendapatan individu sekarang menentukan apa yang mungkin dibeli, harapan mengenai pendapatan masa datang kerap mempengaruhi apa yang sebenarnya dibeli, khususnya sewaktu-waktu menganalisa pembelian mobil, peralatan besar dan barang tahan lama lainnya.

1.      Sumber Daya Temporal
Waktu menjadi variabel yang semakin penting dalam memahami perilaku konsumen karena kemiskinan waktu yang semakin banyak dialami orang Amerika. Jam yang dihabiskan di tempat kerja setiap minggunya meningkat dari 40,6 jam pada tahun 1973 menjadi 47,3 pada tahun 1984. Pada waktu yang sama, rata-rata jumlah jam yang tersedia untuk waktu senggang turun dari 26,2 jam menjadi 18,1 jam per minggu.

Salah satu dari variabel yang paling individual dari perilaku manusiia berhubungan dengan bagaimana orang menggunakan anggaran waktu mereka. Kebanyakan dihabiskan untuk bekerja, tidur dan kegiatan wajib lain. Namun suatu bagian dihabiskan untuk kegiatan yang sangat pribadi yang disebut waktu senggang (leisure), yang mencerminkan baik kepribadian maupun preferensi gaya hidup. Sumber daya konsmen terdiri atas dua kendala anggaran : anggaran uang dan anggaran waktu. Pendapatan adalah variabel yang kritis.

2.      Sumber Daya Konitif
Sejauh ini dibahas pbagaimana ketersediaan waktu dan uang dapat membentuk perilaku konsumen. Jenis lain dari sumber daya yang dipertimbangkan disini berifat kognotif. Sumber daya kognitif menggambarkan kapasitas mental yang tersedia untuk menjalankan berbagai kegiatan pengolahan.

Kapasitas adalah sumber daya yang terbatas. Kita dapat mengelola hanya sejumlah tertetu informasi pada satu waktu. Ukuran kapasitas kerap digambarkan dalam istilah keratan (chunk), yang mewakili suatu pengelompokan atau kombinasi informasi yang dapat diolah sebagai satu unit. Bergantng pada sumber mana yang dipilih, kapasitas bervariasi dari empat atau lima keratan hingga tujuh. Alokasi kapasitas kognitif dikenal sebagai perhatian (attention). Perhatian terdiri dari dua dimensi : arahan (direction) dan intensitas. Arahan menggambarkan fokus perhatian. Karena konsumen tidak dapat mengolah semua stimulus internal dan ekster dalam cara mereka mengalokasikan sumber daya yang terbatas ini. Beberapa stimulus akan mendapat perhatian, yang lain akan diabaikan.

Contoh Kasus Evaluasi Alternatif Sebelum Pembelian

Pertimbangan Impor Versus Amerika dalam Pembelian Mobil Baru

        Apakah ada perbedaan dalam kemungkinan bahwa sebuah mobil akan dipertimbangkan untuk dibeli bergantung pada negara asalnya? Jawabannya, berdasarkan sebuah survey atas 1.000 rumah tangga Amerika oleh Market Facts, sebuah perusahaan penelitian pasar berbasis Chicago, adalahYa. Hampir 90 % responden menunjukkan bahwa mereka pasti atau mungkin mempertimbangkan mobil buatan Amerika jika mereka berblanjan dewasa ini. Persentase ini turun 32 % untuk mobil Jepang dan 27 % untuk mobil Eropa.
           
       Analisis lebih jauh mengungkapkan bahwa kesediaan konsumen untuk menerima mobil impor bervariasi menurut usia. Konsumen yang lebih muda lebih mungkin memperertimbangkan mobil impor dibandingkan konsumen yang lebih tua. rSementara kurang dari 20 % dari mereka yang berusia 55 tahun ke atas mempertimbangkan mobil Eropa, hampir 40 % dari mereka di bawah usia 35 akan berbuat begitu pula. Demikian pula halnya, mobil Jepang mencatat 17 % rata-rata pertimbangan di antara pangsa usia 55 ke atas, bandingkan dengan 43 % di kalangan konsumen di bawah usia 35 tahun. Peran demografik ini mengesankan bahwa pabrik Amerika dapat mengantisipasi persaingan yang bahkan lebih bsar dari mobil impor sementara waktu berlalu disebabkan kesediaan menerima yang lebih besar dari konsumen yang lebih muda.

        Sumber : Larry Levin, “New Car Buying: Imports vs. American,” TeleNation Reports (Fall 1987), 2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar